rindusyurgaku

hidup akan lebih berarti bila dapat menjadi bagian orang lain

POHON APEL YANG SERING DI LUPAKAN

Bismillahirrahmanirrahiim,

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh,

MUNGKIN kita pernah membaca tentang Nabi Sulaiman a.s. Dan seekor semut yang sangat taat. Suatu hari Baginda Nabi Sulaiman a.s. Sedang berjalan-jalan di sebuah tanah lapang. Ia melihat seekor semut sedang berjalan sambil menganakat sebutir buah kurma. Ia terus mengamatinya, kemudian ia memanggil sisemut itu & bertanya “Wahai semut kecil, untuk apa kurma yang kau bawa itu ?

Baginda Sulaiman

“Ini  adalah kurma yang  Allah SWT  berikan sebagai makanan saya  selama  satu tahun,”Baginda Sulaiman kemudian mengambil sebuah botol , lalu berkata pada si semut , ” Wahai semut kemarilah engkau, masuklah ke dalam botol ini , aku telah  membagi  dua kurma ini dan akan aku berikan separuhnya  padamu sebagai  makananmu  selama satu tahun . tahun depan aku akan datang lagi untuk melihat keadaanmu.

Si semut pun mentaati  perintah  Nabi Sulaiman a.s. Setahun telah berlalu. Baginda Sulaiman datang melihat  keadaan  semut kecil itu. Ia melihat kurma yang diberikan  kepada si semut itu tidak banyak berkurang. ” Wahai semut, mengapa  engkau tidak menghhabiskan kurmamu?” Tanya Baginda Sulaiman. ” Wahai Nabiyallah, aku  selama ini hanya  menghisap  airnya dan aku banyak berpuasa. Selama ini Allah SWT yang  memberikan kepadaku sebutir kurma  setiap tahunnya , akan tetapi  kali ini engkau memberiku separuh buah kurma. Aku takut tahun depan engkau tidak memberiku  kurma lagi karena  engkau bukan  Allah Yang  Maha  Pemberi Rizki ( Ar-razak),” jawab si semut.

Baginda Sulaiman lalu mengeluarkan semut dari  botol itu dan membiarkan berkeliaran untuk mengais  rizki dari Allah. Di balik ucpan lepas  semut  tersebut, tersirat sebuah makna bahwahanya kepada Allah kita patut mengantungkan nasib, maka tidak pantas kita bergantung pada selain-Nya, meski  kepada  seorang hamba yang taat beribadah.

Imam Al-Ghazali menceritakan bahwa pada suatu ketika tatkala Nabi Daud a.s

Dalam sebuah kitab, .Imam Al-Ghazali menceritakan bahwa pada suatu ketika tatkala Nabi Daud a.s. Sedang duduk di dalam  suraunya  sambil membaca kitab Zabur, tiba-tiba ia melihat seekor ulat merah derada di tengah-tengah debu. Lalu Nabi Daut a.s  berkata dalam hati, ” Untuk apa Allah menghadirkan ulat ini kepadaku ?” Maka, dengan izin Allah ulat itu berkata, ” wahai Nabiyaallah! Allah SWT telah mengilhamkan kepadaku unyuk membaca’ Subhanallahu walhamdulillahi wala  illahaillallahu walllahu akbar’ setiap hari sebanyak 1000x.

Setelah  berkata  demikian, ulat merah itu pun bertanya kepada Nabi Daud, ” Apakah kamu masih ingin mengatakan apa manfaatku  untuk mu?” Nabi Daud  terdiam sejenak, ia menyadari atas  kekhilafannya karena   Memandang remeh ulat  tsb , ia pun langsung bertaubat kepada Allah. Hikmah yang bisa petik adalah jangan sekali2 meremehkan terhadap sesama, bisa jadi orang yang kita remehkan kedudukanya  lebih  mulia dari kita. Dalam kesempatan ini kami akan mengangkat sebuah kisah tentang pengorbanan besar yang dilakukan oleh pohon apel kepada seorang anak laki2. Namun, anak laki-laki itu kerap melupakannya. Meski begitu, pohon apel itu  selalu menunjukkan wajah cerianya dan tak setitik pun keluhan di dadanya.

Pohon Apel

Dikisahkan, dahulu  kala berdiri sebuah Pohon Apel yang amat  besar, Disamping besar, pohon ini mempunyai  daun yang sangat rindang Dan buah-buahan yang  amat ramun. Nanpak seorang anak laki-laki bernama wildam tengah  asyik bermain-main di sekitar pohon ini setiap hari. Ia memanjat pohon tersebut, memetik  serta memakan apel sepuas-puas hatinya. Dan, tidak jarang ia tertidur lelap dibawahnya. Wildam begitu menyayangi  tempatnya  bermain. Begitu juga Pohon Apel itu, ia sangat senang  jika  tubuhnya  dijadikan  tempat  bermain anak laki-laki itu. sehari saja anak itu tidak bermain, hatinya sangat risau.

Seiring dengan berjalannya  waktu, wildam tumbuh menjadi remaja, ia tidak mau lagi menghhabiskan waktunya bermain di sekitar Pohon Apel itu. Ia juga tidak mau lagi bercengkrama dengan merebahkan tubuhnya di bawah Pohon itu. Namum, ia datang dengan wajah yang murung, ada sebuah masalah yang menyita  pikirannnya. ” Marilah bermain-main lagi di sekitarku seperti dulu!” ajak Pohon Apel itu.

“Tidak, aku bukan lagi anak -anak, aku tidak lagi gemar  bermain denganmu,” jawab  Wildam,” ” Aku ingi menikmati masa remaja ku. Tapi aku tak punya uang untuk meraihnya,” “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Jualah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kamu akan dapat meraih apa yang kamu inginkan,” ucap Pohon Apel itu.

Betapa gembiranya Wildam endengar ucpan pohon apel itu

Betapaa gembiranya Wildam mendengar ucpan pohon apel itu, ia pun langsung  memetik semua apel di  itu. Setelah  semua apel dipetiknya, ia lalu pergi kepasr dengan perasaan yang sangat puas tanpa menoleh kebelakang. Pohon apel itu turut merasa  Gembira menyaksikannya. Namun, sudah beberapa tahun setelah kejadiaan itu, Wildam tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Pohan apel yang kini sudah tidak berbuah lagi bbegitu risau memikirkannya. Maspun berlalu, Wildam kini bbbbberanjak menjadi dewasa. Kumis dan janggotnya Nampak tumbuh subur mmmelintani wajahnya, pita suaarapun sudah tak senyaring dulu. Suatu saat ia menghampiri Pohon apel itu lagi dengan raut wajah amat kusut.

“ Wahai Wildam, marilah bermain –main lagi disekitarku !”ajak Pohon apel itu menyambut  kehadiran  orang yang selama ini amat dirindukannya. Aku terpaksa  kerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membangun rumah untuk  bernaung keluargaku, Maukah kau menolongku ?” Tanya Wildam . Maafkan aku. Aku tidak mempunyai  rumah. Tetapi kamu boleh memotong  dahan-dahanku  yang besar ini untuk kamu jadikan sebagai tempat  tinggalmu,” ucap pohon itu.  Tanpa  piker panjan lagi, Wildam langsung memangkas  semua dahan Pohon apel itu. Setelah mendapatkan apa yang dicarinya, lalu ia pergi meninggalkan Pohon apel itu dengan perasaan GembiraPohon apel itupun turut gembir, tetapi  lagi-lagi ia merasa sedih  karena Wildam tidak lagi menghampirinya selepas itu. Tak sepatah pun ucpan terima kasih keluar dari mulut lelaki itu. Beberapa tahun berikutnya, di musim panas. Datanglah seorang lelaki menemui  Pohon apel itu. Lelaki yang tidak lain adalah Wildam kembali datang  ingin mengadukan sesuatu kepada Sesutu  kepada Pohon  yang begitu setia  menemaninya  sejak kecil.

“ Wahai  Wildam, marilah bermain –main lagi disekirku  seperti  dulu,” ucap Pohon apel itu merajuk . “Maafkan aku, tetapi aku bukan  lagi anak  lelaki bermain-main disekitarmu. Aku kini sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk berlaya. Malangnya, aku tidak memiliki perahu. Sudikah kamu menolongku ??” Ucap lelaki itu. “ Aku tidak mempunyai perahu  untuk diberikan kepadamu. Tetapi kamu boleh memotong  batang   pohonku untuk dijadikan perahu.  Kemudian  Wildam  pergi  dari situ dengan perasaan puas  dan tidak kembali lagi selepas itu . Sipohon apel itu turut gembira , namun akhirnya kembali sedjh  karena  tak di tengok lagi . Suatu hari, seorang  lelaki yang makin dimamah usia dating menuju  Pohon apel  itu. Yah, dia adalah  Wildam  yang kini sudah tua renta  dan  tidak berdaya. Sambil terseok-seok, ia  berjalan manuju  tempat  berdirinya pohon  yang  banyak  berkorban  untuknya  itu.

“ Maaf, aku  tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku  sudah memberikan  buahku untuk kamu jual, dahanku  untuk kamu buat rumah , batangku untuk kamu buat perahu. Aku hanya ada tunggul  dengan akar  yang hamper mati . . . “ ucap Pohon apel itu dengan nada pilu. “ Aku tidak lagi menginginkan apelmu  untuk memakannya  karena  aku  sudah tidak bergigi lagi, aku sudah tidak perlu dahanmu  lagi karena aku  sudah tidak kuat lagi untuk  memotongnya, dan aku juga tidak lagi butuh batang pohonmu  karena aku sudah tidak kuat  lagi untuk berlayar, aku merasa lelah dan istirahat ,”jawab Wildam sambil terbatuk-batuk. “ Jika begitu istirahatlah diperaduanku,” ucap Pohon apel itu dengan nada lirih.

Mereka  bersyukur  karena  telah  dipersatukan kembali  oleh  Allah SWT.

Lalu Wildam duduk beristirahat di peraduan pohon apel itu . Keduanyapun saling melepas tangisan , Mereka  bersyukur  karena  telah  dipersatukan kembali  oleh  Allah SWT. Wildam baru menyadari  begitu  besarnya  pengorbanan  pohon  apel  itu kepadanya, namun ia bagaikan orang yang tak tau di untung. Sebenarnya, pohon  apel yang dimaksudkan dalam cerita ini adalah kedua  orang  tua  kita. Bila kita masih muda, kita suka  bermain  bermain dengan  mereka, ketika  kita meningkat  remaja  kita perlukan  bantuan mereka  untuk meneruskan hidup. Lalu kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali  meminta  pertolongan apa bila kita di dalam kesusahan. Namun  begitu, mereka  tetap  menolong  kita  dan melakukan  apa  saja  asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup. Jika kita simak kisah tersebut, mungkin  kita  akan mengatakan  betapa  kejamnya  Wildam terhadap pohon apel  itu, menghampirinya jika dalam kesusahan, lalu meninggalkannya ketika kesusahan itu  pergi. Begitulah potret  seorang  anak  saat  ini  terhadap orang  tuanya. Sejarah  telah mencatat dengan  tinta  emas  bahwa  berapa  banyak  orang  yang  mendurhakai  orang  tuanya telah mendapat  murka  dari  Allah. Karena  orang  tua  adalah  keramat  yang  berjalan, jika ingin mulia hidupnya  maka  banyak-banyaklah  berbakti  kepada  orang  tua. Masih  ada waktu  bagi kita untuk memperbaiki  dosa kita kepada  kedua orang tua.

Wallahu A’lam

“ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada  dua  orang  Ibu-Bapaknya ; Ibunya  telah mengandungnya  dalam  keadaan lemah  yang bertambah-tambah, dan menyapihnya  dalam dua tahun. Bersyukurlah Kepada-Ku  dan  kepada  dua  orang  Ibu-Bapakmu , hanya  Kepada-kulah  kembalimu” ( Q.S.Luqman/31:14)

Sumber: Hikayah ( Ltf , Dinukil dari beberapa kitab klasik )

July 27, 2012 - Posted by | renungan | , , , , , , , , , , , , , , ,

No comments yet.

Leave a comment

Mif19.tea's Blog

Just a Little Scientific Inspiration 4 You

KITa Call Indonesia

Seruan di Ufuk Fajar

Mrs Djones' Journey

Journey through marriage and motherhood~

Qalbunsalima's Blog

Hati yang damai, tentram dan sejahtera

WordPress.com News

The latest news on WordPress.com and the WordPress community.